Dongeng Sibu Bayan (#026)
catatan penulis: Kisah ini adalah pengantar ke permainan dadu legendaris Pandawa vs Kurawa
Penulis akhirnya
sampai di Pronojiwo, tempat yang oleh Google Maps disebut “perbatasan
Kabupaten Malang dan Lumajang”, tapi oleh warga disebut “ya situ-situ
aja, mas.” Lereng Selatan Semeru menyambut dengan jalanan berkelok seperti
logika pejabat saat debat publik: penuh belokan, kadang longsor.
Di sinilah lahar
dari Semeru memilih jalannya, mulai dari Curah Kobokan, Sumberwuluh, hingga
entah ke mana, mungkin langsung masuk ke kantor kementerian yang katanya peduli
bencana tapi anggarannya lebih cocok untuk seminar di hotel. Tanah ini bukan
sekadar geologi; ia adalah kisah cinta antara air dan api yang tidak pernah
disetujui oleh mertua.
Pronojiwo yang berarti “penglihatan jiwa” adalah nama yang terlalu puitis untuk desa yang sinyal internetnya sekuat janji kampanye. Tapi di balik kabut tipis dan pohon kopi yang menggoda, tempat ini seolah menyimpan rahasia: bahwa di negeri ini, bahkan gunung lebih jujur daripada tokoh agama.
“‘Anak ini terlalu kuat,’ kata Batara Narada. ‘Jika tumbuh besar, dia tak hanya bisa menembus langit, tapi membocorkan segalanya, rahasia surga, aib Pandawa, kebijakan fiktif dewa-dewa’.”